06/07/14
Berbisnis Salon Muslimah
7/06/2014
inspirasi
Yulia beropini bahwa para kaum muslimah terkadang risih dan tidak
nyaman jika harus satu salon dengan pria. Kebutuhan inilah yang
mendorong sarjana sastra dari Universitas Indonesia untuk mendirikan
salon khusus wanita. Sebelum menjadi seorang pengusaha salon sendiri,
wanita yang lahir pada 17 Juli 1976 ini pernah bekerja di sebuah
perusahaan asal Jepang sebelum ia keluar ditahun 2004 dan memutuskan
untuk membuka salon bersama 2 rekannya, tapi belum apa-apa, 2 rekannya
itu mengundurkan diri sehingga Yulia menjalankan salon itu sendiri.
Nama “Moz5″ sendiri ia ambil dari kata “mus” yang diubahnya menjadi “moz”, sementara “5″ untuk kata “limah”, jadi sudah jelas yang dimaksud adalah “muslimah”.
Diluar prediksi, salon muslimah yang ia buka di Jalan Margonda Raya No.
455 Depok itu langsung dibanjiri pengunjung hanya dalam hitungan hari.
Dengan dibantu 3 orang karyawan, wanita berusia 36 tahun itu berhasil
melayani para pelanggan.
Sadar bahwa bisnis salon muslimah tersebut bakal sukses, Yulia
langsung membuka tawaran bagi mereka yang ingin mau bermitra. Tapi Yulia
tidak sembarang memilih investor, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi. Salah satunya, calon mitra harus berhenti bekerja terlebih
dahulu agar bisa 100% terfokus pada usaha salon. Saat ini sendiri, gerai
salon kemitraan “Moz5″ sudah berkembang lebih dari 20
yang tersebar di beberapa wilayah, yaitu Banjarmasin, Kalimantan Timur,
Jabodetabek, dan Jawa. Yulia sendiri memiliki 6 gerai pribadi.
Meski tampaknya usaha ini berjalan begitu mulus, kenyataannya tidak
demikian. Anak sulung dari pasangan Jusuf A. Haras dan Syamsiah tersebut
mengaku banyak kendala yang ia hadapi. Seperti sulitnya mencari
karyawan karena terbatasnya SDA serta menjaga kualitas salonnya yang
berkonsep islami. Karena itulah, Yulia memproduksi sendiri beberapa
produk yang digunakan di salonnya untuk menjamin kualitas produk serta
halal untuk dipakai. Seperti body lotion, sabun, lulur, sampo dan
masker. Terobosan itu juga dilakukan untuk menjaga eksistensi “Moz5″
yang saat ini telah tersaingi oleh salon-salon muslimah lain yang mulai
bermunculan di Indonesia. Semoga kisah sukses ini dapat menginspirasi
kita semua.
sumber: http://www.wartawirausaha.com/2013/06/salon-khusus-muslimah-yulia-astuti/
"Sotoji" Soto Dalam Kemasan
7/06/2014
inspirasi

Jangan bingung, karena
sudah ada solusinya. Kini sajian menu soto yang sangat populer di
kalangan masyarakat ini bisa anda bawa pulang dan dapat dinikmati kapan
saja. Ya, karena Soto telah hadir dalam bentuk kemasan yang dinamakan
“Sotoji”. Sotoji merupakan kepanjangan dari “Soto Jamur Instan”. Jika
selama ini kita hanya mengenal mie instan sebagai makanan cepat saji
dalam kemasan, kini soto instan pun dapat kita nikmati sebagai hidangan
pilihan alternatif selain mie rebus atau mie goreng. Adalah Rohmat
Sastro Sugito yang melihat peluang usaha ini kemudian melakukan inovasi
dengan menciptakan hidangan soto dalam kemasan. Ide bisnis membuat soto
jamur instan sendiri datang saat ia ingin mengolah jamur yang mana
jumlahnya begitu melimpah di Indonesia dan harganya pun tergolong murah.
Sebagai
produk inovatif baru, Rohmat sadar dengan kesulitan yang akan dihadapi,
yaitu mengenalkan hasil racikannya kepada masyarakat. Dengan kisaran
modal puluhan juta rupiah, ia kemudian membangun sebuah perusahaan kecil
bernama PT. Tri Rastra Sukses Sejahtera. Metode pemasaran awal yang
dipilihnya adalah melalui media internet, yakni pembeli mengorder
langsung lewat website resmi Sotoji, www.sotoji.com. Harganya pun
terbilang murah dan sangat terjangkau siapa saja, yakni 3.500 rupiah per
bungkusnya, dan 60 ribu rupiah per kardus. Karena keterbatasan mesin
produksi yang dimiliki saat ini, Rohmat baru dapat berproduksi sekitar
40 kardus per harinya.
Untuk meningkatkan jumlah konsumen dan mempopulerkan produknya,
Rohmat memiliki cara yang cukup jitu. Ia mengadakan sayembara lewat
websitenya yaitu lomba review “Sotoji”. Cara ini terbukti efektif,
banyak masyarakat yang tertarik mengikuti lombanya dan memposting review
mereka di blog sebagai salah satu syarat mengikuti kompetisi review
itu. Hasilnya memang sangat memuaskan, para peserta sayembara
mengungkapkan pujiannya terhadap Sotoji, karena selain harganya
terjangkau, rasanya pun tidak kalah nikmat dengan soto yang ada di rumah
makan. Banyak pula peserta yang memberi masukan dan saran terhadap
penggunaan kata-kata dalam kemasan sotoji serta harapan kepada Rohmat
kedepannya yakni memberikan varian rasa seperti rasa soto Banjar, soto
Lamongan, dan lain-lain. Dari teknik promosi yang dilakukannya tersebut
akhirnya Sotoji makin dikenal luas di kalangan masyarakat.
Berkat produk hasil inovasinya tersebut ia mampu menghasilkan omset
lebih dari 60 juta per bulannya, walaupun dapat dikatakan ia masih
termasuk dalam kategori pengusaha baru. Target pemasaran Sotoji yang
ingin dikembangkan Rohmat ke depannya adalah memasarkan produknya ke
toko-toko agar dengan mudah bisa dijangkau oleh masyarakat luas. Tidak
hanya fokus ke usaha soto instannya. Rohmat kini juga melebarkan sayap
dengan membuka outlet soto, rencananya outlet Sotoji juga akan
diwaralabakan. Sebuah langkah berani dan inovatif yang patut diacungi
jempol. sumber: http://www.wartawirausaha.com/2013/12/rohmat-sastro-sugito-pencipta-hidangan-soto-dalam-kemasan-sotoji/